Sabtu, 26 Desember 2015

Cerita Pendek Inspiratif ^^




“A Miracle Is Another Name Of An Effert”

“Gieogi meomuldagan geu jarie.. Son kkeute namain-neun ongiedo, jebal nal bwa.. Da neorasseo, niga eopda..”
“In that space where memories linger.. Still as warm on my fingertips, please look at me.. You make my life so completely, you change all my life so totaly.. But when some miracles come to me, you’re gone.. Gone..”

                Tiupan angin menyapu lembut wajahku, menghapus ribuan jeritan di dalam hatiku. Seiring air hujan yang berjalan mendekatiku, memberanikan dirinya untuk menyapaku lebih jauh lagi. Tersentak relung hatiku untuk menyambutnya, segera ku langkahkan kedua kakiku menjauhi genangan air yang memenuhi jalanan kota pagi ini. Segera aku memasuki sebuah gubuk sederhana dengan piano di dalamnya. Sejenak aku terduduk merenung meratapi piano yang tengah berdiri di depanku, seketika beberapa memori kembali teringat dalam fikiranku. Kenangan itu mulai merasuki fikiranku lagi dan lagi, tanpa bisa mencegah air mata ini keluar dari pelupuk mataku.
“Ahh.. Raffa..” bibir ini tak dapat berhenti berucap. Tanpa sadar jariku memainkan sebuah alunan melody yang indah, penuh dengan rytme yang teratur dan harmoni. River Flows In You.
Kala itu.. Sesosok laki-laki yang memberanikan diri untuk menolongku dari puluhan orang-orang yang dengan senangnya mengolok dan mencaci diriku. Ya, dia laki-laki yang membuatku jatuh hati, hingga merubah hidupku menjadi seperti ini sampai sekarang. Aku hanyalah gadis cacat yang tak bisa bangkit dari kenyataan setelah kecelakaan itu menimpa aku dan sahabatku, Cherly. Sahabat? Bahkan dia menghilang ketika aku lari dari kenyataan.
“Kini kau bisa apa? Kau hanya bisa diam, duduk dan menikmati sisa waktumu dilayani seorang pelayan.. Bahkan kau tak dapat lagi bersenang-senang..” Salah satu kata-kata menyakitkan yang ku terima dari sahabatku sendiri. Keadaan yang ku fikir gelap dan tanpa arah, seketika menjadi terang. Terlihat secercah harapan muncul dari sana. Ayah mengirimku ke kursus musik untuk orang-orang cacat dan tuna netra sepertiku. Bahkan tak ada lagi sekolah, tak ada lagi juara satu, dan tak ada lagi seorang pianist ataupun pemain biola dihidupku. Namun, sesuatu terjadi kepadaku.
“Pak Hans, siapa yang memainkan lagu seindah itu?” tanyaku pada guru yang mengajarku selama ini, sembari aku meraba sekitarku.
“Namanya Raffa.. Penderita gagal jantung yang telah divonis dokter akan meninggal dalam waktu dekat ini..” Jawab Pak Hans dengan pelan namun tepat di telingaku.
“Lalu? Untuk apa ia bersusah payah belajar? Mengapa tak ia habiskan sisa hidupnya untuk berbaring sama sepertiku?” Desakku pada Pak Hans penasaran. Bukannya menjawab pertanyaanku, Pak Hans malah pergi meninggalkanku di ruangan ini sendirian. Tidak, mungkin bersama laki-laki itu. Dentuman piano terus-menerus terdengar, sungguh indah. Namun bukan aku yang memainkannya, aku sudah tidak ingin bermain atau melakukan hal apapun lagi. Tak ada gunanya.
“Bisakah kau diam?!” Gertakku kepada siapa saja yang ada di ruangan ini.
Syut.. Aku merasa sebuah tangan menggenggam tanganku.
“Tak seharusnya kau patah semangat. Talentamu, tak termiliki oleh siapapun. Kau menyia-nyiakannya untuk hal yang hanya membuat dirimu merugi. Lihatlah dan rasakan dengan hatimu, banyak orang-orang diluar sana yang tak seberuntung dirimu..” Ucap laki-laki ini panjang lebar, kemudian ia pergi.
1 hari, 2 hari, 3 hari, bahkan seminggu sudah ia selalu mengucapkan beberapa patah kata kepadaku seusai ia berlatih. Aku tak mengerti, aku telah menjelaskan semuanya kepada laki-laki itu jika keadaanku kini hanyalah bencana. Tak berguna dan hanya kesia-siaan yang aku akan dapatkan. Apa yang dapat dilakukan gadis seusiaku yang harusnya tengah belajar di bangku SMA, bukan malah di yayasan penderita cacat?
“Aku ingin kau memainkan lagu ini, dan bernyanyi..” Laki-laki itu datang lagi, kali ini ia duduk di sampingku memainkan sebuah lagu dan aku disuruhnya untuk bernyanyi.
“When tears fall, even my smallest cherished memories don’t know what to do.. Because it hurt so much, I’m promised to let each other go.. But whenever I’m not sure I can do it, please let me hear at least your breath.. And I feel, a miracle is another name of an effert..” Hatiku mengikuti alunan nadanya, seketika itu aku menteskan air mata. Bukan, ini bukanlah akhir dari segalanya. Tubuhku boleh tak sempurna, namun hati dan jiwaku sungguh sempurna. Aku perlahan meraba wajahnya, dan ia memelukku erat. Sangat erat sekali. Aku sungguh nyaman dalam pelukan ini. Aku berbisik jika aku sangat nyama bila dia ada. Namun, prangg!! “Raffa??!!” Teriakku.
Aku dan dia terjatuh, sebuah kotak berisikan butir-butir batu terjatuh ke tanah. Orang-orang berdatangan menolong kami. Setelah itu aku terpisah darinya, aku menunggunya terus-menerus bahkan berganti minggu demi minggu namun ia tak kunjung datang. Hingga kini.

***

“Maaf nona Zeya jika mengganggu.. Besok hari selasa pagi, nona diminta untuk datang ke sebuah seminar dan menjadi motivator di sana.. Dan sorenya nona harus menghadiri pembukaan sekolah di salah satu kota, karena nona adalah seorang motivator terbaik dan pendiri sekolah-sekolah untuk orang-orang cacat serta orang-orang yang kurang pendidikannya..” Aku terkejut dari lamunanku, dan segera untuk fokus.
“Maaf.. Aku hanya tak konsentrasi sedikit tadi.. Baiklah, terimakasih banyak Pak..” Ucapku sembari tersenyum pada Pak Haikal, manajerku, dan kembali menatap tuts-tuts piano di depanku ini.
                 Kini keajaiban telah merubah semuanya. Telah merubah Zeya yang tadinya tenggelam dalam keterpurukan, terjatuh karena sebuah cobaan hidup, dan padam dari terangnya sinar rembulan menjadi penuh dengan warna-warni hidup. Seseorang yang telah berjasa mengubah seorang gadis tuna netra dan lumpuh sepertiku menjadi gadis yang kuat serta normal kembali seperti gadis diluaran sana. Membangkitkan darah semangat dalam jiwaku, dan merubah tangisanku menjadi motivasi untuk orang-orang diluar sana.
“Raffa.. Satu kalimat yang tak akan pernah aku lupa sebelum kau pergi meninggalkanku.. Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras.. Semoga kau tenang dipelukan Tuhan..” Tatapku haru pada foto yang bertengger diatas piano. Namun penyesalanku adalah, ketika aku telah dapat kembali normal dan bahkan jauh lebih baik dari dulu, kau telah pergi meninggalkanku dan aku tak bisa menatap wajahmu lebih lama lagi.
                Aku sadar, bahwa sekeras-kerasnya aku berusaha, aku tetap harus yakin bahwa keajaiban selalu mengunjungi orang-orang yang tak pernah lelah untuk berusaha mencapai masa depan yang berkualitas. Kekurangan bukanlah suatu hal yang dapat menghalangi diri untuk terus bersemangat tanpa adanya kata putus asa. Sebab, dari kekurangan itu diperoleh kelebihan-kelebihan tak terlihat yang sebenarnya tersimpan dari dalam diri seseorang.
“Aku harap, disana kau melihatku.. melihatku saat aku memberi motivasi kepada orang-orang diluar sana.. Saat aku menghibur mereka semua dengan symphoni indahku, dan saat aku membanggakan kedua orangtua ku dengan pencapaian prestasiku.. Terimakasih, karena tak pernah lelah memberiku dukungan, meskipun dirimu jauh lebih membutuhkan kekuatan untuk bertahan.. I Love you, Raffa.. More than anything in this world”.

“Berusahalah.. Karena keberhasilan tak datang dengan sendirinya tanpa adanya kerja keras.. Dan yakinlah, bahwa kekuranganmu bukanlah hal yang dapat menghalangi potensi pada dirimu.. A miracle is another name of an effert..”

7 komentar:

  1. Ciyee yang biasanya buat novel sama fanfiction skrg buat cerpen :D ceritanya bagus, feelnya dpt, tp ga cocok ah kamu cocoknya buat ff/cerpen (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks qaqaaa kritikan nya :)) Iya besok-besok mau belajar bikin cerpen yang baik lah

      Hapus
  2. daebakk!!^^ Selain pinter main musik, bikin FF suju yg super duper wow, kaka jg jago bikin cerpen yah hehe.. Eh itu mesti kaka terinspirasi sama mv nya Jin - Gone yah? Abisnya itu bahasa koreanya lirik lagu Jin - Gone sih :) A nice story! :) request boleh dong ya? Add line ku yg baru ya kak

    BalasHapus
  3. 🖤🖤🖤 pindah lah ke wattpad

    BalasHapus